Ciputat, Tangsel – Kemunculan chatbot AI asal China, DeepSeek, menimbulkan kekhawatiran di Amerika Serikat (AS). Anggota Senat dari Partai Republik, Josh Hawley, baru-baru ini mengusulkan rancangan undang-undang (RUU) baru yang bertujuan untuk membatasi penggunaan DeepSeek dan teknologi kecerdasan buatan (AI) buatan China lainnya di AS.
RUU tersebut bertajuk Decoupling America’s Artificial Intelligence Capabilities from China Act of 2025 atau UU Pemisahan Kemampuan AI Buatan Amerika dan China Tahun 2025. Dalam rancangan tersebut, disebutkan bahwa warga AS dilarang mengembangkan atau menggunakan AI buatan China, baik untuk kepentingan pribadi maupun pihak lain.
Meskipun dalam RUU ini tidak secara eksplisit menyebut DeepSeek, usulan ini muncul hanya beberapa pekan setelah chatbot tersebut semakin populer secara global, termasuk di AS. Jika RUU ini disahkan, warga AS yang tetap menggunakan DeepSeek atau AI asal China lainnya akan menghadapi sanksi berat.
Pengguna DeepSeek di AS Bisa Dipenjara 20 Tahun dan Didenda Triliunan Rupiah
Warga AS yang melanggar ketentuan dalam RUU ini dapat dijatuhi hukuman penjara hingga 20 tahun serta dikenai denda dalam jumlah besar. Besaran denda yang dikenakan pun bervariasi, tergantung pada status pelanggar.
Bagi individu yang kedapatan menggunakan atau mengembangkan AI buatan China, denda yang dikenakan bisa mencapai 1 juta dolar AS atau sekitar Rp16,3 miliar. Sementara itu, jika pelanggaran dilakukan oleh perusahaan, jumlah denda yang harus dibayarkan bisa mencapai 100 juta dolar AS atau sekitar Rp1,6 triliun.
Saat ini, RUU tersebut masih dalam tahap pembahasan di Kongres dan belum ada kepastian kapan akan disahkan. Namun, jika nantinya diadopsi sebagai undang-undang, maka warga AS akan dilarang mengakses DeepSeek serta berbagai aplikasi dan media sosial buatan China lainnya.
Donald Trump Beri Peringatan Keras Soal DeepSeek
Kekhawatiran terhadap potensi ancaman yang ditimbulkan oleh DeepSeek tidak hanya berasal dari sektor bisnis, tetapi juga dari pemerintah AS. Mantan Presiden Donald Trump telah memberikan perhatian khusus terhadap perkembangan AI ini. Menurutnya, keberadaan DeepSeek perlu dievaluasi lebih lanjut karena berpotensi mempengaruhi keamanan nasional AS.
Dilansir dari TechCrunch, Kantor Administrasi Kepala DPR AS telah melarang pegawai pemerintah untuk menginstal aplikasi DeepSeek di perangkat resmi mereka, termasuk ponsel, komputer, dan tablet milik negara.
Sebagai langkah pencegahan, beberapa badan penting seperti NASA, Angkatan Laut AS, dan Badan Pertahanan AS (Pentagon) telah mengambil tindakan tegas dengan melarang penggunaan AI asal China dalam sistem mereka.
Texas Ambil Langkah Tegas, Larang Aplikasi AI China
Kebijakan serupa juga diterapkan di tingkat negara bagian. Gubernur Texas, Greg Abbott, menyatakan bahwa pihaknya akan mewaspadai aplikasi dan media sosial buatan China, termasuk DeepSeek. Abbott menegaskan bahwa Texas tidak akan membiarkan Partai Komunis China mengakses data dan infrastruktur penting negara bagian mereka melalui aplikasi AI dan platform digital.
“Texas tidak akan membiarkan Partai Komunis China menyusup ke infrastruktur penting negara bagian kami melalui aplikasi AI dan media sosial yang mengumpulkan data,” ujar Abbott, dikutip dari The Independent, Kamis (6/2/2025).
Larangan terhadap penggunaan DeepSeek dan AI buatan China di AS semakin memperjelas ketegangan antara kedua negara dalam persaingan teknologi. Langkah ini mencerminkan kekhawatiran AS terhadap potensi ancaman keamanan nasional yang ditimbulkan oleh dominasi teknologi China di sektor AI dan data digital.
(*)